Sms ke nomor 085624025255 dengan format :
Atas Nama, Pesan Jumlah Box, Rasa, Kirim ke Alamat



HP : 085624025255 - PIN BB : 31265DFF

Selasa, 20 November 2012

SEJARAH KAMBING ETAWA


Peranakann Etawa adalah nama jenis Kambing Perah yang banyak terdapat di Jawa Tengah. Mengapa banyak di Jawa Tengah, mengapa namanya Peranakan Etawa kemudian menjadi populer dengan sebutan Kambing PE, sudah banyak yang membahas dan menulisnya menurut versinya masing-masing.Akan tetapi berikut kami sampaikan tentang kambing etawa menurut studi kami.

Kambing Etawa
 Jamnapari sangat terkenal sebagai Kambing Perah terbaik di India, ditempat asalnya kambing ini biasa di sebut sebagai “Pari”, yang kira-kira berarti Anggun , karena penampilannya memang tinggi, lehernya jenjang, langkahnya anggun, wajahnya selalu tersenyum.
Daerah asalnya adalah di Cakarnagar, yg beda di District ETAWAH, Negara Bagian Utar Prades. Habitatnya di sepanjang daratan (delta) antara sungai Jamuna dan Sungai Cambal. Dan juga di sepanjang sungai Kwari di Districk Bhind, negara bagian Madya Prades, yang berada di sebelah timur kota Dehli (deket Taj Mahal) merupakan tempat asalnya kambing PE. Perlu Bapak ibu ketahui, ternyata di India kambing PE namanya bukan kambing Etawah tapi Jamnapari, yang artinya Keanggunan Jamuna.

Jamnapari telah lama menyesuaikan atau beradaptasi dengan tempat habitatnya tersebut di atas, yang sangat subur dan banyak tumbuh hijauan. Akibatnya dia tidak mampu hidup di tempat lainnya, sehingga Jamnapari tidak bisa di temukan di daerah lainnya.

Habitat mereka terbentang antara Districk Etawah kearah timur, menyeberangi sungai Jamuna seluas lebih dari 85.000 hektar. Keadaan tanahnya berlembah lembah dan berjurang jurang dengan kedalaman  antara 5 meter sampai dengan 30 meter. Pada musim panas suhu udara bisa mencapai 120F, pada musim dingin 25F, dengan curah hujan kira-kira 30 inchi.

Lembah-lembah tersebut tertutupi oleh padatnya berbagai tanaman hijauan yang sangat subur, yang antara lain: Bajara – Gram – Plum – Babool – Akasia – Hingota – Congkra – Arhar. Dan semua tumbuhan tersebut sangat tergantung pada curah hujan, karena tidak ada saluran irigasi yang saya lihat

Warna utama Jamnapari yang sangat di dambakan adalah Putih Bersih . Bulunya pendek, kecuali pada bagian paha dan kaki belakang yang berbulu panjang.Hidungnya melengkung atau bengkok, seperti hidungnya tentara Romawi. Tanduknya menjulang ke atas, pada kambing dewasa panjang tanduknya bisa mencapai 25 cm. Kupingnya terjuntai panjang. Lehernya panjang dan kuat dan selalu lurus tegak. Punggungnya melengkung ke bawah dan sangat kuat. Ekornya pendek , seperti ekor kelinci, dan selalu ngacung ke atas. Kombinasi tampilan tersebut , membuat Jamnapari betul-betul nampak sangat anggun.

Kuping yang menjuntai panjang kebawah, merupakan ciri yang sangat unik dan menjadi dasar perilakunya yang nampak sangat aneh. Pada anak Jamnapari yang baru berumur sekitar enam bulan, kupingnya bisa mencapai 20 cm panjangnya, sedangkan pada yang dewasa panjangnya bisa mencapai lebih dari 30 cm. Sehingga kupingnya selalu jauh lebih panjang dari pada panjang wajahnya. Pada saat kepala kambing ini menunduk, maka kupingnya akan menyentuh tanah terlebih dahulu sebelum mulutnya menyentuh tanah, bahkan kuping yang panjang tersebut juga akan menutupi kedua belah matanya saat menunduk untuk menggigit rumput yang berada di di tanah.
Rahang atas Jamnapari selalu lebih pendek dari pada rahang bawahnya. Hal ini juga menjadi ciri utama Jamnapari, yang juga mempersulit bahkan tidak memungkinkan dirinya untuk memakan rumput pendek di tanah. Hal ini tentunya menjadi permasalahan tersendiri bagi Jamnapari, sehingga dengan sendirinya Jamnapari lebih merasa nyaman untuk memakan ujung/pucuk rumput yang tinggi, dedaunan di semak-semak atau bahkan dedaunan pada tumbuhan yang tinggi.

Jamnapari yang di pelihara oleh masyarakat setempat, umumnya pada pagi hari  di beri pakan konsentrat yg berupa campuran berbagai bijian dan hijauan, kemudian di lepas untuk merumput sepanjang hari. Betina yang hamil tidak di ijinkan keluar kandang untuk merumput, mereka tetap di kandang dengan diberi makanan special untuk ibu hamil, yang terdiri dari bajra, barley, jowar, gandum.

Anakan di biarkan menyusu pada induknya sampai dengan usia tiga bulan. Induk yang menyusui juga mendapat ransum makanan special, agar susunya membesar montok sehingga produksi susunya melimpah. Pada saat lahir berat kambing Jamunapari yang  betina sekitar 3Kg, enam bulan -15 Kg, setahun 30 Kg. Sedangkan yang jantan saat lahir beratnya sama dengan yang betina sekitar 3Kg, namun laju pertambahan beratnya sangat pesat yaitu 1Kg/minggu sampai dengan usia 3 bulan, kemudian 1Kg /sepuluh hari. Pejantan Jamnapari bisa mencapai berat lebih dari  40 Kg pada usia setahun. Betina mulai hamil pada usia 18 bulan , dan melahirkan untuk pertamakalinya pada usia 23 bulan. Umumnya beranak kembar, namun beranak tiga ataupun empat sering juga terjadi.

SEJARAH MASUKNYA KAMBING ETAWA KE INDONESIA

Orang asing yang pertamakali membawa Jamnapari keluar dari daratan India, adalah bangsa Inggris yang menjajah daratan India pada jaman kolonial dahulu kala. Jamnapari di bawa ke daratan Eropa, kemudian ada yang di kawin silangkan dengan beberapa kambing lokal Inggris, yang sekarang sangat populer dengan sebutan Kambing Anglo-Nubian.

Dari daratan Eropa inilah Jamnapari kemudian menyebar keseluruh penjuru dunia, bersamaan dengan menyebarnya kapal dagang bangsa-bangsa Eropa yang berlayar dan berniaga keseluruh penjuru dunia. Di Amerika Jamnapari di akui sebagai nenek moyangnya kambing American-Nubian, yang terkenal banyak susunya.

Pada jaman Kompeni dulu , kapal dagangnya VOC kalau berlayar ke daratan Indonesia selalu datang dalam keadaan kosong ruang kargo nya, ruang kargo yang kosong ini akan di isi muatan rempah-rempah dan hasil bumi lainnya, untuk kemudian di bawa ke daratan Eropa.

Pada suatu pelayaran kapal dagang VOC dari negara Belanda menuju Pulau Jawa di Indonesia, ada sepasang penumpang bangsa Belanda yang bernama Tuan Hollanda dan Nyonya Netherlandia. Meraka adalah pejabat perkebunan dari Belanda yang akan di tugaskan di Pulau Jawa, sebagai pengawas perkebunan yang biasanya di sebut Tuan Amtenar atau Juragan Kontrol.

Mengetahui kekosongan ruang kargo di kapal tersebut maka pasangan tersebut membawa beberapa pasang Kambing Jamnapari peliharaan kesayangannya, yang tidak ingin mereka tinggalkan di Belanda, sehingga mereka bawa untuk di pelihara di tempat tugasnya yang baru yaitu di Pulau Jawa, tepatnya di perkebunan yang berada di  Jawa-Tengah.

Tuan dan Nyonya tersebut selalu menyebut Kambing Peliharaannya sebagai Kambing Asal Etawah, dan selalu memperkenalkan kambingnya kepada masyarakat di Jawa Tengah sebagai Kambing Etawah, dan masyarakat Jawa Tengah menyebutnya dengan nama Kambing Etawa tanpa bunyi dari huruf H.

Seiring berjalannya waktu dan untuk menjaga populasi kambing jamnapari, maka kambing jamnapari di kawinkan dengan kambing-kambing lokal. Dan berkembang biak sampai sekarang yang lebih kita kenal dengan sebutan Peranakan Etawa (PE)

Nah, kambing jenis inilah yang kami produksi dan kami pasarkan kepada seluruh konsumen di Indonesia. Demikian kiranya sejarah atau asal usul kambing peranakan etawa. Semoga dapat menambah wawasan dan lebih yakin lagi untuk dapat menkonsumsi susu kambing etawa ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar